METODE MONTESSORI : SEBUAH PENGANTAR

[Mama'nya Farzan]

 METODE MONTESSORI : SEBUAH PENGANTAR




Sebagai seorang perempuan yang baru saja diberikan amanah menjadi seorang ibu, banyak kekalutan yang terus mengusik batin. Apa saya akan mampu mendidiknya dengan baik? Apa saya mampu memberikan rasa nyaman dan lingkungan yang baik untuk tumbuh kembangnya? dan masih banyak lagi pertanyaan berkaitan pola asuh anak.

Begitu banyak kekurangan dan kekeliruan yang saya lakukan dalam merawat anak. Mau bagaimana lagi, ini adalah pengalaman pertama saya (Maaf yah Nak 😢). Namun, setelah mengenal Metode Montessori, saya jadi takjub dan makin merasa tak tahu apa-apa dalam hal parenting.


Setelah membeli buku, googling dan mempelajari metode tersebut, ternyata metode tersebut sangat bagus untuk diterapkan pada anak di bawah lima tahun. Metode ini tak hanya dapat digunakan di sekolah, tapi juga di rumah. Montessori merupakan metode pendidikan yang dikembangkan oleh Dr. Maria Montessori, dokter wanita pertama di Italia.

Metode ini menekankan "sensorial explorer" , yaitu melakukan kegiatan yang mendorong anak-anak menggunakan satu atau lebih dari panca indra mereka. Kegiatan tersebut dapat mendukung kemampuan kognitif, motorik, bahasa dan juga interaksi sosial anak.

Pada dasarnya, montessori dan metode pendidikan lainnya sama-sama melibatkan peran anak dan guru/orang tua. Bedanya, pendidikan umum mewajibkan anak menguasai seluruh kurikulum yang sudah ditentukan sementara montessori mengasah kreativitas anak dan melatih kemandiriannya.


Banyak contoh kegiatan montessori yang dapat dilakukan di rumah, tentu saja kegiatan yang sesuai dengan usianya. Sebagai contoh, bermain puzzle. Farzan saat ini sudah bisa menyusun puzzle bentuk dan hewan sesuai temaptnya, serta baru belajar bermain puzzle huruf (Farzan masih perlu diarahkan untuk puzzle huruf karena terlalu banyak yang harus dia susun 😂). Saat Farzan bermain puzzle hewan, dia akan mengambil satu puzzel lalu menunjukkan ke saya dan menyebutkan nama hewannya, kadan juga suaranya. Maka saya akan meresponnya dengan ikut menirukan suara hewan yang dia ambil, ataupun menyanyikan lagu tentang hewan tersebut. Menyenangkan bukan? Selama permainan puzzle tersebut, bukan hanya "sensorial explorer," tapi bonding antara orang tua dan anak juga terpenuhi. 

Saat ini saya sedang menyiapkan DIY menjemur pakaian untuk kegiatan farzan akhir pekan ini. Nanti saya share di postingan berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar